Kamis, 23 Oktober 2014

PROSES PENGASAPAN PADA DAGING



          PENGASAPAN PADA DAGING
I.                   PENDAHULUAN


Upaya peningkatan konsumsi daging ayam sebagai sumber protein bisa ditempuh dengan berbagai cara. Antara lain dengan mengolahnya sebagai daging ayam asap. Citarasa khas dari ayam asap yang banyak diminati serta kandungan lemak dan kolesterol yang rendah dari daging ayam. Pengasapan karkas ayam Pertama, membuat daging ayam memiliki citarasa yang gurih dan khas pada daging ayam asap yang dihasilkan. Ke dua, penyajian ayam asap bisa langsung dengan atau tanpa saus. Atau bisa juga dibuat variasi-variasi olahan lain seperti ditumis, dicampur dengan bawang bombay, paprika dan kecap Inggris. Bisa juga menjadi campuran sop dan makaroni schotel. Manfaat lainnya, proses pengasapan akan memperpanjang masa simpan (Anonim, 2010).
Teknik Pengawetan Makanan Berkualitas Tinggi bertujuan untuk Makanan akan bertahan lebih lama, makanan akan mempertahankan lebih banyak vitamin dan mineralnya, makanan tersedia untuk dimakan sepanjang tahun serta lebih sedikit makanan yang membusuk Serta menjamin keamanan produk pangan merupakan hal yang kompleks, mengingat faktor yang berpotensi sebagai pembawa risiko dapat muncul dalam setiap titik pada rantai pangan, mulai dari produksi, distribusi dan pengolahan hingga siap untuk dikonsumsi. Faktor keamanan pangan dapat dinilai dari sumber risiko dan dampaknya terhadap kesehatan manusia, diantaranya: mikroba patogen (pembawa dan penyebab penyakit), residu pestisida, bahan tambahan pangan dan residu obat-obatan dan hormon pada peternakan dan perikanan, bahan beracun alami maupun toksin yang bersumber dari lingkungan seperti logam-logam berat, agen pembawa yang tidak biasa (Anonim, 2008).

                                                                    ISI

Pengasapan adalah salah satu cara memasak, memberi aroma, atau proses pengawetan makanan, terutama daging. Makanan diasapi dengan panas dan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu, dan tidak diletakkan dekat dengan api agar tidak terpanggang atau terbakar. Sebelum diasapi, daging biasanya direndam di dalam air garam, Sewaktu pengasapan berlangsung, makanan harus dijaga agar seluruh bagian makanan terkena asap. Waktu pengasapan bergantung ukuran potongan daging. Api perlu dijaga agar tidak boleh terlalu besar. Bila suhu tempat pengasapan terlalu panas, asap tidak dapat masuk ke dalam makanan. Sewaktu pengasapan dimulai, api yang dipakai tidak boleh terlalu besar (Anonim, 2010). Cara pengasapan adalah dengan menaruh makanan dalam kotak yang kemudian diasapi dari bawah. Teknik pengasapan sebenarnya tidak membuat makanan menjadi awet dalam jangka waktu yang lama, karena diperlukan perpaduan dengan teknik pengasinan dan pengeringan.
Penggunaan gula atau garam dengan konsentrasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan reaksi enzimatis, seperti yang dilakukan pada pembuatan jeli dan dendeng. Pengawet alami seperti etanol, asam asetat dan asam laktat yang dihasilkan oleh mikroorganisme terpilih selama proses bisa menghambat pertumbuhan mikroorga-nisme pembusuk. Penambahan pengawet seperti asam benzoat dan asam propionat juga berfungsi menghambat mikroorganisme secara selektif (Anonim, 2008).
Prinsip Pengawetan Daging Ayam Dengan Cara Pengasapan
Asap kayu terdiri dari uap dan padatan yang berupa partikel-partikel yang amat kecil yang keduanya mempunyai komposisi kimia yang sama tetapi dalam perbandingan yang berbeda. Senyawa-senyawa kimia yang menguap diserap oleh daging terutama dalam bentuk uap, senyawa tersebut memberikan warna dan rasa yang diinginkan pada daging. Partikel-partikel padatan tidak begitu penting pada proses pengasapan dan asap akan mengawetkan makanan karena adanya aksi desinfeksi dari formaldehid, asam asetat dan phenol yang terkandung dalam asap.
Butiran-butiran asap mengambil peranan penting dalam pewarnaan. Pengeringan mempunyai fungsi penting dalam pengawetan daging, kecepatan penyerapan asap kedalam daging dan pengeringannnya tergantung kepada banyaknya asap yang terjadi, suhu dan kandungan air dari daging yang diasapi. Bila kayu atau serbuk kayu dibakar, maka selulose akan diuraikan menjadi alkohol-alkohol berantai lurus yang lebih pendek, aldehid-aldehid, keton-keton dan asam-asam organic. Selain lignin diuraikan menjadi turunan-turunan phenol, quinol, guaikol dan piragatol. Persentase setiap senyawa kimia pada asap yang dihasilkan tergantung kepada jenis kayu yang digunakan. Untuk mendapatkan daging asap yang bermutu tinggi maka harus digunakan jenis kayu keras ( non-resinous) atau sabut dan tempurung kelapa, sebab kayu-kayu yang lunak akan menghasilkan asap yang mengandung senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan hal-hal dan bau yang tidak diinginkan (Anonim, 2010).
Tinggi rendahnya efisiensi proses pengeringan dipengaruhi oleh kelembaban udara sekelilingnya, bila udara dingin yang masuk kedalam unit pengasapan dipanasi, maka beratnya kan manjadi lebih ringan daripada udara di luar, dan udara ini akan masuk atau naik dengan cepat ke unit pengasapan dan melintasi daging-daging didalamnya. Banyaknya uap air yang diserap oleh udara tergantung suhunya, jadi bila udara dingin dipanasi maka kapasitas pengeringan akan lebih tinggi. Dalam keadaan lembab, udara jenuh yang telah panas tidak dapat dipanasi lagi secara cepat untuk mengurangi kandungan uap airnya dan oleh karena itu kapasitas menurun (Anonim, 2010).
Jadi pada tahap pengasapan, kecepatan penguapan air tergantung pada kapasitas pengering udara dan asap juga kecepatan pengaliran asap. Pada tahap kedua, dimana permukaan daging sudah agak kering suhu daging akan mendekati suhu udara dan asap. Kecepatan pengeringan akan menjadi lambat karena air harus merembes dahulu dari lapisan dalam daging ayam, bila pengeringan mula-mula dilakukan pada suhu yang terlalu tingi dan terlalu cepat, maka permukaan daging akan menjadi keras dan akan menghambat penguapan air selanjutnya dari lapisan dalam,sehingga kemungkinan daging ayam bagian dalam tidak mengalami efek pengeringan.
Proses-Proses Pada Pengasapan Yang Mempunyai Efek Pengawetan
Pada pengasapan terdapat beberapa proses yang mempunyai efek pengawetan, yaitu : penggaraman, pengeringan, pemanasan dan pengasapannya sendiri.
                    A. Penggaraman
Proses penggaraman dilakukan sebelum ikan diasapi, penggaraman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara penggaraman kecil ( dry salting) dan penggaraman basah atau larutan (brine salting). Penggaraman menyebabkan daging ayam menjadi lebih kompak, karena garam menarik air dan menggumpalkan protein dalam daging ayam. Pada konsentrasi tertentu, garam dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Disamping itu garam juga menyebabkan daging ayam menjadi enak.
                    B. Pengeringan
Daging ayam yang sudah digarami dan ditiriskan dimasukkan ke dalam kamar asap yang berisi asap panas hasil pembakaran. Pemanasan secara tidak langsung menyebabkan terjadinya penguapan air pada daging ayam, sehingga permukaan air dan dagingnya mengalami pengeringan. Hal ini akan memberikan efek pengawetan karena bakteri-bakteri pembusuk lebih aktif pada produk-produk berair. Oleh karena itu, proses pengeringan mempunyai peranan uang sangat penting dan ketahanan mutu produk tergantung kepada banyaknya air yang diuapkan.


                    C. Pemanasan
Daging ayam dapat diasapi dengan pengasapan panas atau dengan pengasapan dingin. Pada pengasapan dingin panas yang timbul karena asap tidak begitu tinggi efek pengawetannya hamper tidak ada. Untuk meningkatkan daya awet daging ayam, waktu untuk penasapan harus diperpanjang. Pada pengasapan panas karena jarak antara sumber api (asap) dengan daging ayam biasanya dekat, maka suhunya lebih tinggi sehingga daging ayam menjadi masak. Suhu yang tinggi dapat menghentikan aktifitas enzim-enzim yang tidak diinginkan, menggumpalkan protein ikan dan menguapkan sebagian air dari dalam jaringan daging ayam. Jadi disini daging ayam selain diasapi juga terpanggang sehingga dapat langsung dimakan
                    D. Pengasapan
Tujuan dari pengasapan adalah untuk mengawetkan dan memberikan warna dan rasa spesifik pada daging ayam. sebenarnya asap sendiri daya pengawetnya sangat terbatas (yang tergantung kepada lama dan ketebalan asap), sehingga agar daging ayam dapat tahan lama, pengasapan harus dikombinasikan dengan cara-cara pengawetan lainnya, misalnya dengan pemakaian zat-zat pengawet atau penyimpanan pada suhu rendah (Anonim, 2010).







II.                KESIMPULAN

Pengasapan adalah salah satu cara memasak, memberi aroma, atau proses pengawetan makanan, terutama daging. Cara pengasapan adalah dengan menaruh makanan dalam kotak yang kemudian diasapi dari bawah. Teknik pengasapan sebenarnya tidak membuat makanan menjadi awet dalam jangka waktu yang lama, karena diperlukan perpaduan dengan teknik pengasinan dan pengeringan.
Untuk mendapatkan daging asap yang bermutu tinggi maka harus digunakan jenis kayu keras ( non-resinous) atau sabut dan tempurung kelapa, sebab kayu-kayu yang lunak akan menghasilkan asap yang mengandung senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan hal-hal dan bau yang tidak diinginkan. Serta pada pengasapan terdapat beberapa proses yang mempunyai efek pengawetan, yaitu : penggaraman, pengeringan, pemanasan dan pengasapannya sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2007. Teknologi Pengawetan Ikan dengan Cara Pengasapan. http:// bisnisukm.com/teknologii-pengawetan-ikan-dengan-cara-pengasapan. Diakses pada tanggal 18 April 2010.

Anonimb, 2007. Pengawetan Ikan. http://bisnisukm.com/teknologii-pengawetan-ikan. Diakses pada tanggal 18 April 2010.
Anonim, 2008. Prinsip Pengawetan Pangan. http://abwprint.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 18 April 2010.
Anonim, 2010. Kesehatan hewan. http://wapedia.mobi/id/. Diakses pada tanggal 18 April 2010.
Nuramaya, 2008. Mengenali Produk Pangan Hewani. http://nuramaya
.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 18 April 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar