Rabu, 05 Maret 2014

rendering lemak sapi



TINJAUAN PUSTAKA
Lemak Sapi
Lemak sapi adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.  Lemak sapi mengandung energie sebesar 818 kilokalori, protein 1,5 gram, karbohidrat 0 gram, lemak 90 gram, kalsium 0 miligram, fosfor 0 miligram, dan zat besi 0 miligram.  Selain itu di dalam lemak sapi juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram.  Hasi l tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram lemak sapi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.Lemak sapi merupakan sumber penghasil oleo stearin dan oleo oil yang diproses dengan cara rendering pada suhu rendah. Lemak yang dihasilkan dipertahankan pada suhu 32oC, sehingga terbentuk  Kristal(Winarno, 2008).
Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol. Pada temperatur kamar, lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair (Fessenden dan Fessenden, 1986). Lemak berbentuk padat tinggi akan kandungan asam lemak jenuh yang secara kimia tidak mengandung ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi. Minyak merupakan bahan cair disebabkan oleh rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap di antara atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah (Winarno, 2008).
Lemak dan minyak yang baik digunakan untuk minyak goreng adalah oleo stearin, oleo oil, lemak babi, atau lemak nabati yang dihidrogenasi dengan titik  cair 35-40o C. Oleo stearin danoleo oil diperoleh darri lemak sapi yang diproses dengan cara rendering pada suhu rendah. Lemak yang dihasilkan dipertahankan pada suhu 32o C (Winarno, 1992). Shortening adalah lemak padat yang bersifat plastis. Karena umumnya berwarna putih, lemak ini disebut mentega putih. Mentega putih banyak digunakan untuk membuat kue dan berfungsi untuk memperbaiki tekstur makanan, mengempukkan, dan menaikan volume makanan itu. Dengan adanya shortening, maka pembentukan massa serabut gluten dari gandum yang padat akan dapat dihalangi. Akibatnya serabut gluten gandum yang tebentuk akan lebih pendek (karena itu disebut shortening) dan makanan menjadi empuk (Moehyi,1992).

Garam
Garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida (Cl), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat (CH3COO) dan ion monoatomik seperti fluorida (F), serta ion poliatomik seperti sulfat (SO42−). Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam dapur adalah suatu garam (Mark Kurlansky, 2002).  Garam dapur berfungsi untuk memperbaiki cita rasa, melarutkan protein dan sebagai pengawet. Konsentrasi garam yang digunakan mempunyai batasan yang pasti. Tekstur, warna, dan rasa dapat diperbaiki dengan menggunakan garam sebanyak 2-3% (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Pada proses pembuatan bakso juga diperlukan garam (NaCl) yang berfungsi mengekstraksi protein miofibrial dan meningkatkan daya simpan karena dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk (Cross dan Overby, 1998). Garam   protein (Zaikaet al., 1978). Penambahan garam sebaiknya tidak kurang dari 2% karena konsentrasi garam yang kurang dari 1,8% akan menyebabkan rendahnya protein yang terlarut (Sunarlim, 1992). Pemberian garam dilakukan   ketika daging masih segar (prerigor). Pada keadaan tersebut pH masih di atas 5,5 sehingga belum terbentuk ikatan aktomiosin dan aktin maupun myosin mudah diekstraksi (Sunarlim, 1992).
Garam memiliki fungsi penting yaitu pengawet, kontrol fermentasi, pembentukan tekstur, pengikat dan pembentukan warna (Savic, 1985). Garam juga berperan dalam meningkatkan flavor, memberikan efek pengawetan dengan cara menurunkan aktivitas air (aw) dan membatasi pertumbuhan mikroba pada daging (Underriner dan Hume, 1994). Garam juga berperan dalam menentukan tekstur produk dengan cara meningkatkan kelarutan protein (Zaika et al., 1978).

Air
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua  bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Proses pengeringan menyebabkan penurunan kadar air  sehingga pengerasan salami terjadi secara optimal. Aberle et al. (2001) menambahkan, kadar air salami menurut USDA adalah 34,70% yang disebabkan oleh perbedaan cara kerja dalam proses pembuatan dan pembentuk salami. Ruang pengeringan sebaiknya dikendalikan dengan suhu 7°-13°C dengan kelembaban relatifantara 70-72% (Huiet al., 2001).


Tallow
Tallow merupakan hasil pemurnian dari daging sapi atau domba, diproses dari lemak mentah. Berupa padat pada suhu ruang. Tidak seperti suet (lemak mentah, tallow dapat disimpan untuk periode tertentu tanpa membutuhkan refrigerator untuk menghindari dekomposisi, dan dijaga di udara bebas untuk mengaweti dari oksidasi. Tallow digunakan untuk pembuatan sabun, pakan ternak, pangan, lilin, dsb (Alfred, 2002

MATERI DAN METODE
MATERI
Padapraktikuminibahan yang digunakanantara lain lemaksapi, garamdan air. Sedangkanalat yang digunakanyaitupisau, panci, timbangan digital, wadah (baskom), saringan, sendok, gelas plastic, kompor, dantalenan.
                                                            METODE
Lemak yang sudah bersih ditimbang dan di potong hingga kecil – kecil untuk mempermudah proses rendering karena lemak yang potongannya semakin kecil / halus akan lebih mudah keluar lemak murninya. Lakukan pemanasan dengan menambahkan 1 sendok garam dan 1 liter air. Pemanasan dilakukan hingga semua lemak hancur dan didapatkan lemak murni yang di harapkan, sekitar 40 menit. Setelah melakukan pemanasan kemudian di saring dan dipisahkan ampas, air, dan lemak. Masing – masing ampas dan lemak bersih ditimbang. Lemak bersih tersebut di simpan untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabun.Setelah terjadi pemisahan,lemak padat (tallow) dipisahkan dari cairan dibawahnya dan lakukan pengukuran bilangan penyabunan  dan bilangan iod dari tallow yang di peroleh. Kemudianhitungrendemennya, dengancarasebagaiberikut:
Rendemen = bobotakhir x 100%
                   ------------------------
                        bobotawal





HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Setelah melakukan praktikum yang dimulai dari menimbang lemak, mencacah lemak, merebus selama kuarng lebih 40 menit dan kemudian memisahkan antara ampas, air sisa dan lemak murni (tallow), didapatkan hasil berupa data tabel dari masing – masing kelompok untuk menetukan nilai rendemennya. Untuk hasil per kelompok akan dilampirkan.
Data Rendemenlemaksapi
Kel./Grup
Bobot awa lemak (g)
Bobot tallow akhir (g)
Rendemen
1/G1
502,5
295,436
58,7932338
2/G1
501
316,34
63,1417166
3/G1
500
260,69
52,138
4/G1
500
325,7
65,14
5/G1
506,5
307,331
60,6773939
6/G1
499
241,67
48,4308617
1/G2
499
186,932
37,4613226
2/G2
501
179,2
35,7684631
3/G2
500
216,923
43,3846
4/G2
502,71
201,805
40,1434226
5/G2
500
199,985
39,997
6/G2
500
241,234
48,2468
1/G3

239,805

2/G3
486
229,373
47,1960905

Cara menghitung Rendering :
Bobotakhir  x 100%
Bobotawal

Pembahasan
Lemak adalah ester dari gliserol dan asam lemak gliserol mempunyai 3 gugusan hidroksil dimana masing – masing akan mengikat 1 molekul asam lemak disebut trigliserida. Seperti halnya karbohidrat, lemak tersusun atas molekul C, H, dan O dengan jumlah atom lebih banyak. Lemak juga merupakan sumber energy bagi tubuh, 1 gram lemak mengandung 9 kalori. Ketiga asam lemak dalam trigliserida dapat sama macamnya disebut lemak sederhana (simple fat) dan dapat pula berbeda atau gabungan dari 2 asam lemak berbeda disebut lemak campuran (mixed fat). Secara kimia lemak merupakan derivat ester asam karboksilat dengan alkohol sederhana.
Lemak dapat berupa lemak hewani yaitu lemak sapi, lemak kambing, lemak babi dan lemak hewan lainnya, dan ada juga lemak yang berupa lemak nabati seperti minyak kelapa, minyak jagung, kelapa sawit, bunga matahari dan tumbuhan lainnya. Selain dari daging yang merupakan hasil utama, lemak juga mempunyai manfaat yang tidak kalah banyaknya. Untuk industri makanan, lemak berfungsi sebagai sumber energi, sumber protein, sumber lemak itu sendiri yang akan menjadi energi cadangan bagi tubuh. Sedangkan untuk bahan dasar industri yang pemakaiannya sangat tinggi untuk per tahunnya, sekitar 40 ton per tahun, lemak dapat di manfaatkan sebagai bahan dasar sabun (tallow), semir, pelumas, kosmetik, tinta, bahan untuk farmasi dan lain – lain.
Cara yang dapat dilakukan untuk ekstraksi lemak ini antara lain pencairan (rendering), pemerasan, ekstraksi solven dan sebagainya.

Tallow merupakan hasil pemurnian dari daging sapi atau domba, yang diproses dari lemak mentah. Berupa padat pada suhu ruang. Tidak seperti suet (lemak mentah, tallow dapat disimpan untuk periode tertentu tanpa membutuhkan refrigerator untuk menghindari dekomposisi, dan dijaga di udara bebas untuk mengaweti dari oksidasi. Tallow digunakan untuk pembuatan sabun, pakan ternak, pangan, lilin, dsb (Alfred, 2002).
Tallow dapat diperoleh dapat diperoleh dengan cara memanaskan lemak sapi, kerbau, kuda atau sapi. Tallow diklasifikasikan menjadi dua yaitu tallow edible dan non edible. Tallow yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah tallow non edible. Tallow di klasifikasikan oleh American institute of meat packer ( AIMP ) berdasarkan parameter kandungan Free Fatty Acid(FFA). Kandungan FFA pada bahan baku mengindikasikan tingkat hidrolisis atau pemutusan rantai trigliserida . bahan baku yang memiliki FFA yang tinggi biasanya berwarna lebih gelap dan menghasilkan sabun mandi yang gelap pula (kirk et al, 1954). Tallow yang hasil akhirnya keras biasany akan digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan sabun yang batang atau sabun yang keras juga, sedangkan tallow yang lebih lunak akan dijadikan sebagai bahan dasar cair.
Penambahan garam dalam proses rendering lemak sapi ini berfungsi sebagai pengikat kotoran, sehingga dalam proses rendering sangat perlu garam. Dengan adanya tambahan garam tersebut maka kotoran dengan lemak, dan ampas akan terpisah dengan pemanasan tertentu. Tujuan umum adalah untuk memisahkan senyawa kotoran (impurities) dari lemak/minyak kasar (crude oil) semaksimal mungkin dengan kehilangan minyak serendah mungkin dan kerusakan terhadap senyawa nontrigliserida yang diperlukan serendah mungkin.Kotoran/impurities dikelompokkan menjadi 3 kelas: (1) kotoran tidak larut dalam minyak (fat insoluble compn)sepertipengendapan, penyaringan, dansentrifusi. (2) kotoran berbentuk suspensi koloid dalam minyak, antara lain yang mengalirkan uap panas, dancara elektrolit dan diikuti cara mekanik. Dan (3) kotoran larut dalam minyak (fat soluble compnt), padasaatnetralisasi, dekolorisasi (bleaching), deodorisasi.
Rendering atau yang dikenaldengan proses pemurnian lemak, adalah proses yang mengubah jaringan ampas ataujaringan yang sudahtidakbergunalagipada hewan, menjadi stabil atau dari bahan yang tidak berguna menjadi bahan yang berguna(Genang, 2010).
Rendering proses untuk produk-produk yang dapat dimakanproses rendering yang dapat dimakan pada dasarnya operasi pengolahan daging dan memproduksi lemak babi atau lemak yang dapat dimakan untuk digunakan dalam produk makanan. Rendering yang dapat dimakan pada umumnya dilakukan dalam suatu proses yang berkesinambungan pada temperatur rendah (kurang dari titik didih air). Proses biasanya terdiri dari mencincang halus bahan-bahan lemak yang dapat dimakan (biasanya lemak ambilan dari potongan daging), pemanasan mereka atau tanpa menambahkan uap, dan kemudian melakukan dua atau lebih tahap pemisahan sentrifugal (menjauhi pusat). Tahap pertama memisahkan cairan campuran air dan lemak dari makanan padat. Tahap kedua lebih memisahkan lemak dari air. Metode rendering ada dua yaitu metode basah dan metode kering. Metode basah ini biasa mempunyai proses bertekanan tinggi, uap dan tertutup.
Keuntungan dan kerugian dari rendering
Rendering telah diperkenalkan kepada industri pengolahan makanan untuk menghilangkan kesulitan untuk efisien penggunaan berlebihan dan restoran yang menghasilkan limbah tapi juga menimbulkan sejumlah masalah dalam ekonomi yang berkembang dan pula pada kesehatan.Biasanya, bahan yang digunakan sebagai bahan baku dalam proses render rentan terhadap busuk. Hal ini disebabkan oleh penerapan panas baik melalui memasak dalam proses render basah atau ekstraksi cairan dalam proses render kering. Lemak yang diperoleh dapat digunakan sebagai biaya rendah bahan baku dalam pembuatan minyak, ternak, sabun, lilin, biodiesel, dan sebagai feed-saham untuk industri kimia. Lemak, berasal dari limbah sapi, adalah bahan baku penting dalam industri bergulir baja menyediakan pelumas yang dibutuhkan ketika penekanan baja lembaran.
Rendering lemak juga dilakukan pada skala dapur oleh juru masak dan pemasak rumah. Di dapur, render digunakan untuk mengubah menjadi mentega mentega, gemuk menjadi lemak, lemak babi dalam lemak babi, dan lemak ayam ke schmaltz.

KESIMPULAN

Dari tujuan praktikum yang disebutkan diatas, setelah melakukan praktikum sebagian dari hasil ikutan dari pemotongan hasil utama peternakan sudah di olah untuk menjadi bahan yang lebih bisa di manfaatkan. Rendering merupakan salah satu cara untuk memanfaatkannya tersebut. Rendering dapat mengubah bahan yang sudah merupakan ampas menjadi suatu yang lebih dimanfaatkan. Ketelitian dalam melakukan praktikum cukup di perlukan, misalnya dalam penambahan garam ke dalam lemak yang di render. Garam di manfaatkan untuk mengikat kotoran dalam lemak sehingga terpisah dari lemak murni. Dari hasil rendering ini dapat di manfaatkan sebagai bahan dasar untuk pembuatan sabun.













DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralp J. and Fessenden, Joan S. 1986. Organic Chemistry, Third Edition, University Of Montana Wadsworth, Inc, Belmont, Califfornia 94002, Massachuset, USA.
Genang, Hanif. 2010. Rendering atau proses pemurnianlemak [terhubungberkala] http://hanif-solo.blogspot.com/2010/02/rendering-atau-proses-pemurnian-lemak.html (22 Februari 2012).
Harold Hart,” Organic Chemistry”, a Short Course, Sixth Edition, Michigan State University, 1983, Houghton Mifflin Co.
Ketaren, S. (1986). PengantarTeknologiMinyakdanLemakPangan. Jakarta: UIPress.Savic, I. V. 1985. Small Scale Sausage Production. Food and Agriculture Organization of The United Nation, Rome.
Savic, I. V. 1985. Small Scale Sausage Production. Food and Agriculture Organization of The United Nation, Rome.
Widyaningsih, T. D. dn E. S. Murtini. 2006. AlternatifPengganti Formalin padaProdukPangan. TrubusAgrisarana: Surabaya.
Winarno, F.G. 2008. Kimia PangandanGizi. M-Brio Press. Bogor.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar